Senin, 10 Juni 2013

semangat dan inspiratif

hai.. yuk kita baca,lagi lagi, kata kata ajaibnya bang tere lije :)

Orang bawa bantal, belum tentu akan tidur. Orang bawa handuk, pun belum tentu bakal mandi. Orang yang bawa piring, juga belum pasti akan makan.

Di dunia ini banyak sekali yang sudah terlihat begitu, ternyata memang belum tentu akan begitu. Termasuk salahsatunya, orang2 yang perhatian sama kita, belum tentu memang suka, memang sayang sama kita. Mungkin saja dia memang perhatian dan baik ke semua orang, atau kitanya yang korslet, merasa GR duluan.

*Tere Lije


*Cinta yang tak tergapai

Kalau kita tidak bisa memperoleh apa yang kita cintai, maka my dear, cintailah apa yang kita miliki sekarang.

Karena cinta sejati, bukan sekadar angan, keinginan, mimpi. Tapi dalam banyak situasi cinta sejati adalah rasa syukur dalam keseharian. Dan ini berlaku dalam banyak hal. Ketika kita tidak bisa memperoleh sekolah/kampus yang kita cintai, kita inginkan, maka cinta...ilah sekolah/kampus kita sekarang, boleh jadi ada rahasia besar di dalamnya. Jangan dibanding2kan, jangan merasa minder. Pun saat kita tidak bisa menggapai jenis pekerjaan yang kita cintai, idamkan, maka cintailah pekerjaan kita sekarang. Terus bekerja dengan sungguh2, tidak banyak mengeluh, tidak malas2an, apalagi penuh perhitungan adalah bentuk kongkret dari cinta sejati, kebersyukuran.

Sungguh tidak akan mengerti hakikat terdalamnya cinta, orang2 yang selalu saja mendefinisikan cinta itu adalah sesuatu yang harus dikejar, dimiliki. Karena boleh jadi, ketika sibuk mengejarnya, dia akan kehilangan kesempatan bahwa di sekitarnya berserakan miliknya.

Kita menyukai seseorang misalnya? Siang malam terbebani oleh perasaan tersebut, lantas apa yang harus dilakukan? Kalau kita pejuang tangguh, silahkan berangkat mengejar seseorang tersebut, taklukkan, miliki. Jadilah pangeran gagah perkasa. Tapi saat semua sudah digapai, lantas kenapa? So what? Apakah kemudian seperti di film2, akan muncul tulisan besar "the end"? Selesai. Penonton pulang, film berakhir bahagia.

Nyatanya tidak, di dunia nyata, perjalanan masih terus berlanjut, dan boleh jadi, ternyata semua tidak seseru yang kita harapkan. Ketahuilah, pernikahan paling bahagia antara dua kekasih hati bahkan tidak selesai saat mereka menikah. Film kehidupan itu justeru baru berubah menjadi sungguhan drama, thriller, aksi, atau horor saat telah menikah. Masalah datang silih berganti. Pertengkaran meletus. Dan dalam titik paling ekstrem, kehilangan cinta yang dulu sungguh tinggi menyala.

Maka my dear anggota page, kalau kita tidak bisa memperoleh apa yang kita cintai, selalu cintailah apa yang kita miliki sekarang. Keluarga kita sekarang, teman2 kita sekarang, pekerjaan kita sekarang, sekolah/kampus kita sekarang. Maka semuanya sungguh akan menjadi cinta sejati kita.

*Tere Lije



Menjaga kehormatan hati/perasaan, sama pentingnya dengan menjaga kehormatan diri.

Jangan 'menjual hati/perasaan' begitu mudahnya.

--Tere Liye



Jika semua orang menyukai kita, maka itu tidak selalu kabar baik. Jangan-jangan selama ini kita selalu memakai topeng untuk menyenangkan semua orang. Jangan berkecil hati jika ada yang membenci kita, pastikan saja jangan habiskan waktu menanggapi mereka. "tere liye"



Dalam pribahasa lama, "pasangan yang telah menikah bertahun2, karena saking dekatnya, bisa bicara ribuan kata hanya dengan tersenyum, saling menatap. Bicara ribuan kata dalam diam."

Nah, di jaman pribahasa modern ini, lihatlah jejaring sosial, pasangan yang baru pacaran satu dua minggu, bisa bicara ribuan kalimat gombal, ber-sayang-sayang, my honey, my beb, menyusun puisi, tumpah ruah berserakan dipertontonkan ke seluruh dunia. Dan besok lusa, aih, tiba-tiba sudah bertukar status penuh benci, tak mau lagi. Sana pergi, aku tak sudi.

*Tere Lije


*Mungkin sudah saatnya

Mungkin sudah saatnya anakku,
Sisihkan semua cemas, masukkan dalam kantong sampah
ayo kita berangkat

Mungkin sudah saatnya adikku,
Lipat semua ragu, lemparkan jauh2
ayo kita mulai

... Wahai, mungkin sudah saatnya,
Buang semua takut, timbun dalam2
ayo kita kerjakan

Mungkin sudah saatnya, Kawan
Sumpal bisikan negatif diri sendiri
ayo kita laksanakan

Maka, berhentilah bertanya, segera lakukan
Berhentilah berhitung, mari ceburkan diri
Berhentilah berencana, waktu terus bergerak

Mungkin sudah saatnya, duhai
Segera!

 --tere lije


“Kalau memang terlihat rumit, ragu2, kesana-kemari, tidak jelas, plintat-plintut, bikin sebal, sakit hati, lupakanlah. Segera lupakan. Urusan perasaan yg sejati selalu sederhana."

--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah', tere liye



Saya selalu menyarankan ini, jika kalian masih muda, punya banyak waktu luang, tidak memiliki terlalu banyak keterbatasan, maka berkelilinglah melihat dunia. Bawa satu ransel di pundak, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu lembah ke lembah lain, pantai, gunung, hutan, padang rumput, dan sebagainya. Menyatu dengan kebiasaan setempat, naik turun angkut...an umum, menumpang menginap di rumah-rumah, selasar masjid, penginapan murah meriah, nongkrong di pasar, ngobrol dengan banyak orang, menikmati setiap detik proses tersebut.

Maka, semoga, pemahaman yang lebih bernilai dibanding pendidikan formal akan datang. Dunia ini bukan sekadar duduk di depan laptop atau HP, lantas terkoneksi dengan jaringan sosial yang sebenarnya semu. Bertemu dengan banyak orang, kebiasaan, akan membuka simpul pengertian yang lebih besar. Karena sejatinya, kebahagiaan, pemahaman, prinsip-prinsip hidup itu ada di dalam hati. Kita lah yang tahu persis apakah kita nyaman, tenteram dengan semua itu. Nah, kalau kalian punya keterbatasan, lakukanlah dalam skala kecil, jarak lebih dekat, dengan pertimbangan keamanan lebih prioritas. Itu sama saja. Lihatlah dunia, pergilah berpetualang, perintah itu ada dalam setiap ajaran luhur.

*Tere Lije



“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.”

—Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah"



Ini Rahasia.

Jika ada seseorang yang jatuh cinta. Maka lazimnya yang paling sibuk justeru adalah teman baik seseorang itu.

Sibuk jadi tempat cerita, mendengarkan, tempat berkeluh kesah, tempat galau tertumpah, ditanya ini, itu, dsbgnya.

--Tere Liye



"Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit, bersih dan suci, cuma tanahnya lah yang berlainan menerimanya.

Jika ia jatuh ke tanah yang tandus maka tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipuan, langkah serong dan lain-lain perangai yang tercela.

Tetapi kalau ia jatuh ke tanah yang subur, maka di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, budipekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji."

--ditulis dengan elok sekali oleh seorang ulama, Buya Hamka. subur dan tandus tanah itu maksudnya adalah pemahaman baik atau buruk

 --tere liye



Jika ada yang marah2, menjelek2kan kita, maka cara terbaik menanggapinya adalah diam. Biarkan saja. Semakin banyak orang yang menjelekkan kita bicara buruk, maka semakin membuka keburukan dirinya sendiri.

Terus sibukkan diri, memperbaiki diri, terus berkarya, terus produktif. Bangun tembok dari orang2 seperti ini, abaikan, lupakan. Besok lusa, lihat saja siapa yang terus melesat maju, siapa yang masih sibuk berdiri di tempat sama menjelek2an orang lain.

--Tere Lije



*Buat siapa

Pintar. Kenapa sih kita harus terlihat pintar? Apakah kita berhutang pintar pada orang tua? Karena mereka telah membesarkan kita sejak kecil. Apakah kita berhutang pintar pada guru? Karena mereka telah susah payah mengajari kita. Apakah kita berhutang pintar pada siapapun di muka bumi ini? Atau kita berhutang pintar pada teman sekolah, karena takut dibilang bodoh, berhutang pintar pad...a calon pemberi kerja, karena takut tidak dapat pekerjaan, berhutang pintar pada pasangan? Karena takut dia tidak cinta kita lagi?

Seorang kolomnis terkenal, Diana Vreeland, yang lahir seabad lalu lebih juga pernah menulis tentang kecantikan. Cantik. Kenapa kita harus cantik sih? Hei, kita tidak perlu cantik. Kita tidak berhutang kecantikan kepada siapapun. Tidak kepada teman kerja, apalagi kepada orang2 yang kenal juga tidak, peduli juga tidak terhadap kita. Kita bahkan tidak berhutang kecantikan pada Ibu kita, orang tua kita, pun tidak berhutang cantik kepada anak2 kita. Itu benar, kita harus tampil cantik bagi suami kita, tapi suami yang baik, paham definisi kecantikan yang baik. Lantas kenapa orang2 ingin tampil cantik bahkan untuk bukan siapa2 dia?

Saya tidak tahu jawabannya.

Tapi kembali lagi ke masalah pintar tadi, maka jika ditanyakan kepada orang tua kita, memang benar kalau sebagian besar orang tua pasti ingin anak2nya pintar, tapi silahkan ditelusuri, ditanya lebih mendalam, lebih ujung, maka jawaban paling mendasarnya adalah: mereka ingin anak2nya hidup bahagia dan bermanfaat. Juga tanyakan kepada guru2 kita, itu juga benar, bahwa guru2 pasti ingin murid2nya pintar, lulus semua, tapi guru2 yang baik, jauh di dalam lubuk hati mereka, selalu berharap murid2nya bahagia dan bermanfaat. Jika demikian, jadi kita tidak berhutang pintar dengan mereka, kita berhutang bahagia dan bermanfaat.

Nah, karena bahagia jelas bukan sebuah tujuan, tempat yang bisa dicapai, melainkan bahagia adalah proses keseharian, maka kembali lagi muter ke pertanyaan awal, kenapa kita harus pintar? Kenapa kita harus cantik? Orang2 yang merasa kepintaran adalah hutang, yang harus dibayar, kecantikan adalah pertunjukan, yang harus dirayakan, tidak akan pernah menemukan kata bahagia. Ngapain sih kita harus terlihat pintar bahkan di hadapan orang2 yang peduli juga nggak, malah sirik. Ngapain pula kita harus terlihat cantik bahkan di hadapan orang2 yang berbisik2 di belakang, justeru hendak terlihat cantik di depan kita, saling membanggakan tampilan.

Maka, kenapa kita harus pintar, kenapa kita harus cantik? Apapun jawabannya, pastikan kita bahagia dan lengkapi dengan kebermanfaatan. Semoga dengan begitu, kita bisa benar2 berbahagia dan benar2 bermanfaat. Karena banyak loh, orang2 yang sudah ditakdirkan super pintar, hidupnya tidak pernah bahagia, frustasi malah--apalagi mau bermanfaat. Pun banyak orang2 yang dilahirkan dengan kecantikan paripurna, hidupnya justeru dilingkupi kecemasan, rasa tidak puas diri, dan berakhir dengan dandanan tebal bedak setengah senti saat usia senja tiba dan kecantikan mulai pergi--apalagi, jangan tanya soal bermanfaat atau tidak.

Demikian.

--tere lije


Bersabarlah jika kita tidak memiliki apapun.

Dan juga bersabarlah saat kita memiliki apapun.

Saat ini, dengan kehidupan yang semakin baik, hampir semua orang sebenarnya dicukupi hidupnya. Sesusah apapun, setidaknya kita tidak harus hidup dengan desing peluru, kemarau panjang, epidemi penyakit yg membunuh jutaan orang, kita semua hidup dalam situasi yang jelas lebih baik dibanding kakek-nenek kita dulu--bahkan bisa santai main internetan, menyapa dunia.

Maka jika mereka dulu bisa bersabar dan bersyukur atas segala kekurangan, seharusnya kita berhenti mengeluh, selalu merasa kurang atas segala kelebihan.

--Tere Lije



“Tidak selalu yang kita pikirkan itu benar. Tidak selalu yang kita sangkakan itu kebenaran. Kalau kita tidak mengerti alasan sebenarnya bukan berarti semua jadi buruk dan salah menurut versi kita sendiri.”

--Tere Liye, novel Eliana



*Kasih sayang

Saya mau menulis tentang kasih sayang, tapi bukan kasih sayang antar manusia, saya mau menulis tentang kasih sayang Tuhan. Jadi saya minta maaf kalau ada yang terlanjur mikir saya mau nulis tentang kasih sayang yang lain. Kalian bisa skip tulisan ini.

Menurut hemat saya, kasih sayang Tuhan itu secara simpel dan awam bisa dibagi menjadi dua: pertama, yang diterima oleh semua orang, ...kedua, yang diterima spesifik oleh orang/golongan tertentu.

Jenis yang pertama adalah yang paling mudah dilihat--meski banyak yang tidak mau melihatnya. Kasih sayang Tuhan yang diberikan tanpa pengecualian. Besar, kecil, tua, muda, mau miskin, mau kaya, mau presiden atau pengemis, semua memperolehnya. Misalnya adalah oksigen. Semua orang bisa menghirup oksigen tanpa kecuali. Juga dalam bentuk air bersih, cuaca cerah, kehidupan yang aman, dan berbagai kasih sayang lainnya. Diberikan gratis--meskipun ada juga yang membuatnya jadi bisnis, atau merusaknya malah menjadi bencana.

Jenis yang kedua adalah yang paling sering disalahpahami--meski penjelasannya ada di mana-mana. Kasih sayang Tuhan yang diberikan secara spesifik. Bukankah ada orang yang kaya-raya di sekitar kita, duhai, keran rezekinya melimpah ruah sementara yang lain kadang netes kadang nggak kerannya. Juga ada orang yang ngetop, menjadi selebritis, semua serba mudah baginya, sementara yang lain, tidak ada yang peduli. Atau ada yang berkuasa, semua tunduk atas perintahnya, sebaliknya ada yang teraniaya di bawah. Ini kasih sayang yang spesifik, hanya dimiliki orang2 tertentu. Kenapa ada orang yang jelas-jelas munafik ternyata dia kaya? Kenapa ada orang yang jelas-jelas jahat, korup ternyata jadi penguasa? Kenapa ada orang yang jelas-jelas memberikan dampak buruk, melanggar perintah Tuhan bagi sekitarnya ternyata justeru memperoleh kasih sayang Tuhan? kenapa orang2 ini justeru tidak disambar petir? Nah, itulah kenapa saya sebut, inilah kasih sayang yang sering disalahpahami.

Ada perokok berat, petantang petenteng bilang, "lihat, saya puluhan tahun merokok, sehat2 saja tuh, malah teman2 saya yang tidak merokok sudah mati duluan semua." Orang ini fatal sekali salah-pahamnya. Karena sungguh, itulah bentuk kasih sayang Tuhan yang spesifik diberikan kepadanya, diberikan kesehatan meski tiap menit yang bersangkutan merusak dirinya sendiri. Atau dalam kasus lain, ada konser gila-gilaan di sebuah lapangan kota, maksiat terjadi di mana2, mendung gelap yang mengungkung kota ternyata tidak jadi hujan. Padahal kalau hujan, bisa bubar itu konser. Kalau ada penonton konser yang PD sekali sesumbar, "Lihat, nggak jadi hujan, kan? Coba lihat kemarin pas pengajian di mesjid agung. Bubar semua gara-gara hujan." Itu juga fatal salah-pahamnya. Dia keliru memahami kasih sayang Tuhan jenis ini.

Kenapa Tuhan tetap memberikan kasih sayang ke orang2 yg jahat? Ke israel misalnya, negara mereka kuat, berkuasa, berani sendirian (dengan sekutunya juga sih) menghadapi seluruh umat muslim, kenapa Tuhan tidak menghukum mereka? tidak membela warga palestina yang teraniaya? Bukankah mudah saja kalau Tuhan mau, kirim gempa 10 skala richter di Tel Aviv, habis semua. Kenapa tidak terjadi? Karena itulah misteri kasih sayang Tuhan.

Kenapa orang2 jahat di sekitar kita bisa kaya, berkuasa, dan justeru menjadikan kekayaan dan kekuasaan itu untuk zalim ke sekitarnya? Sebalilknya orang2 taat, alim, justeru tidak kaya, dan jadi sasaran penzaliman. Itu lagi-lagi misteri kasih sayang Tuhan. Jenis kasih sayang kedua ini adalah hak mutlak milik Tuhan. Tidak bisa diprotes-protes.

Maka, sebagai orang yang beriman, adalah tugas kita mengambil setiap hikmah yang berserakan. Mengambil pelajaran dari apapun yang tertulis di sekitar kita. Sehingga kita tidak salah paham atas jenis kasih sayang ini dengan prasangka sendiri, penilaian sendiri. Karena ingatlah selalu, apa-apa yang terlihat baik, belum tentu baik bagi kita, dan apa-apa yang terlihat buruk, belum tentu benar buruk bagi kita. Ingatlah selalu, bentuk kasih sayang yang hakiki itu mengambil wujud sejati, jika kita gagal memahaminya di atas dunia ini, kelak di hari penghabisan akan terjelaskan.

Apakah hidup kita saat ini susah? beban pikiran menghimpit? Galau? Banyak pekerjaan tidak selesai? Hutang menumpuk? Masalah muncul di mana2? Pertengkaran? Dikhianati? Disakiti? Jika iya, ayo, pejamkan mata sejenak, dengan segala persoalan tersebut, yakinlah sungguh kasih sayang Tuhan selalu dekat dengan kita. Jika kita tidak bisa melihatnya dengan mata telanjang. Cobalah meiihatnya dengan mata lain, yang boleh jadi tidak pernah kita gunakan. Lihatlah dengan mata hati kita

Selamat mencoba.

--Tere Liye


Orang2 yg merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa2nya menguntai tangga yg indah hingga ke langit. Kalaupun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti yg lebih baik.

--Tere Liye



Kita kadang cemas kehilangan sendal/sepatu saat di mesjid, atau tempat umum lainnya, bukan? Takut ada yang mengambilnya. Juga benda-benda yang lebih berharga lain milik kita, dijaga erat-erat agar bisa digunakan dengan baik.

Maka, tidakkah kita erat-erat menjaga hati dan perasaan kita? Atau kita biarkan saja tumpah kemana-mana, terlihat di mana-mana, kita biarkan silahkan digoda, dipermainkan oleh siapapun?

Tutup pintu hati kita dengan akhlak yang baik dan terus belajar, kunci dengan rasa sabar dan doa-doa.

Selamat mencoba.
--Tere Lije


 bagaimana? saya rasa sudah ada yang berkesan di hati teman teman pembaca.. :)
semoga bermanfaat.
oh iya, jangan lupa dibuka akun facebook asli penulisnya.. "Darwis tere Liye"
      
 

      
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar