Kamis, 03 Oktober 2013

hm, menarik menarik

Assalamu'alaikum.
ayuk dibaca teman teman, kalimat yang sederhana tapi membangkitkan semangat, menggelitik, dan bisa jadi filosofi yang menarik untuk dirimu. masih dari buah pikiran bang penulis yg hebat (menurut gw, dan tmn2 pembaca lainya ^^,).... "bang Tere Liye".
selamat membaca!
\("_")/



Orang2 yang TIDAK punya pilihan, tapi dia tetap berpegang teguh, tidak berhenti atau memutuskan pergi, maka sudah setia-lah dia.

Apalagi, ketika seseorang PUNYA banyak pilihan, opsi, alternatif, tapi dia tetap berpegang teguh, tetap di sana, maka sungguh setia.

*Tere Liye




Dalam setiap pertengkaran, tidak ada yang diuntungkan.

Dalam setiap perdebatan, juga tidak ada yang menang.

Lantas, buat apa? Tinggalkanlah bergegas.

*Tere Liye






Bahagia t-i-b-a ketika kita b-e-r-h-e-n-t-i mengeluh.
Dan dia bergegas p-e-r-g-i ketika kita m-u-l-a-i mengeluh.

*Tere Liye
 






Wahai kehidupan, aku tahu kau tidak akan MUDAH dilewati.

Tapi kau juga harus tahu, aku jelas tidak akan MUDAH menyerah.

*Tere Liye





Tenang saja, ketika sesuatu yang kita anggap baik berakhir, ketika kita kehilangan seseorang yang kita nilai spesial, ketika sebuah kesempatan emas hilang maka, tenang saja, akan datang sesuatu pengganti yang lebih baik, seseorang yang lebih istimewa, pun kesempatan emas lainnya.

Pastikan saja syaratnya dipenuhi: bersabar.

Bagi orang2 bersabar, selalu datang hal-hal baik sebagai pengganti hal-hal sebelumnya.

*tere liye




Bahkan hal paling menyakitkan sekalipun, ketika dijalani dgn sabar, tetap membawa bahagia.

Peluk erat rasa sabar itu. Jadikan teman di kala apapun.


*tere liye



Jangan pernah malu kalau kita terlihat norak, terlihat bodoh, karena belum pernah naik pesawat, bingung masuk lift, gugup masuk gedung mewah, nervous saat makan malam dengan banyak sendok dan garpu, dan berbagai hal sejenis lainnya. Tidak ada yang perlu malu, kita tinggal belajar, bertanya.

Norak itu adalah ketika kita merendahkan orang lain padahal kita tahu persis bagaimana seharusnya bersikap. Norak itu adalah ketika kita mentertawakan orang lain, merasa lebih baik. Dan norak itu adalah ketika melanggar peraturan padahal kita lebih dari tahu itu harus dipatuhi.

*Tere Liye





 Bahkan bekas luka fisik pun kita tidak tahu. Seseorang yang berdiri di hadapan kita, boleh jadi di punggung, dada, lengan, paha, penuh dengan bekas luka fisik, tapi tertutup oleh pakaian, dan kita tidak pernah tahu.

Apalagi bekas luka hati. Kita lebih tidak tahu lagi. Seseorang di hadapan kita, selalu tersenyum, terlihat bahagia, boleh jadi penuh bekas luka di hati. Bekas-bekas luka yang memberikan pemahaman baik, dan kini membuatnya bahagia.

Ketika kita tidak bisa melihatnya, maka bukan berarti bekas luka itu tidak ada.

*Tere Liye




*Kisah pernikahan yang dituliskan

Ada seorang pemuda, dia ini pelarian, dalam artian sebenarnya. Di sebuah kota, ada sebuah perkelahian antara dua orang, antara klan yang dianiaya (dijadikan budak, dll) di jaman itu dengan klan penguasa, pemuda ini sebenarnya berniat baik, memisahkan kedua orang tersebut. Saat memisahkan tersebut, dia tidak sengaja meninju pihak klan penguasa, dan meninggallah orang dari klan penguasa. Pemuda ini terpaksa melarikan diri dari kota karena penguasa sedang merundingkan menghukum mati dia. Keluarlah pemuda itu dari kota tsb dengan rasa takut dan waspada.

Sebagai pelarian, dia tiba di sebuah kota berbeda dengan kondisi prihatin. Sudah 'buronan', dia juga kusam, lusuh, lapar, miskin, lengkap jadi satu. Ketika tiba di sumber mata air negeri itu, dia melihat banyak orang berkumpul memberikan ternak mereka minuman, mengantri. Dan di belakang rombongan orang dan ternak ramai itu ada dua wanita yang menunggu tidak jauh. Pemuda ini bertanya kepada dua wanita ini, kenapa tidak segera memberikan air minum ke ternaknya. Dua wanita ini menjelaskan, mereka harus menunggu sumber mata air sepi baru bisa memberikan air minumnya, ayah mereka sudah tua, tidak bisa menggembalakan ternak, karena mereka wanita jadi tdk bisa bebas berada di tengah keramaian. Pemuda ini menawarkan membantu dengan tulus, agar mereka tidak menunggu lama.

Setelah selesai, dua wanita itu membawa pulang hewan ternak, dan pemuda ini kembali ke tempat teduh, sambil berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku." Dia buronan, dan kondisinya lapar. Tapi karena pemuda ini sangat baik ahklaknya, maka doa yang terlepas dari mulutnya sungguh santun, makanan pun disebut dengan 'sesuatu kebaikan'.

Lantas apa yang terjadi. Dua wanita tadi ternyata kembali ke sumber mata air, bilang kepada pemuda ini, ayah mereka meminta dia datang ke rumah. Maka datanglah pemuda ini menemui ayah mereka--yang ternyata pemimpin negeri itu. Pemuda ini diberikan makanan (sesuatu yang baik), juga bisa menceritakan apa yang telah terjadi dengannya, sebagai 'buronan', dsbgnya.

Tapi setelah mendengar kisah pemuda ini, yang meskipun buronan, miskin, kusam, dsbgnya, tapi baik perangainya, ringan hati menolong, Ayah dua wanita ini justeru menawarkan kepada pemuda itu menikahi salah-satu puterinya, ditambah sekaligus memberikan pekerjaan mengurus ternak2nya sebagai mahar pernikahan tersebut. Pemuda ini bersedia. Maka, jika sehari sebelumnya dia adalah buronan, pengangguran, miskin, hari itu dia telah menjadi menantu pemimpin negeri yang baru dia datangi.

Lihatlah, kebaikan hanya disusul dengan kebaikan.

Kisah ini ditulis dalam Al Qur'an, bukan karangan saya , dengan cerita yang detail. Silahkan baca Al Qasas ayat 15-28. Saya hanya menuliskan ulang saja, dengan bahasa sepersejuta lebih kalah indah dibanding bahasa Al Qur'an.

Pemuda itu adalah Musa, mertuanya adalah Nabi Syu'aib (syeikh negeri tsb). Inilah salah-satu proses pernikahan yang diceritakan dalam kitab suci.

Apakah Musa memerlukan harta benda untuk jadi menantu seorang Nabi dan syeikh negeri itu? Tidak. Dia miskin. Apakah Musa memerlukan pekerjaan untuk menikah? Juga tidak. Dia justeru adalah buronan Fir'aun, orang berkuasa di jazirah Arab. Jaman itu, Bani Israil dianggap rendah sekali oleh Fir'aun & sekutu/tentaranya. Apakah Musa perlu menunjukkan semua bukti bahwa dia siap menikah, dia bertanggung-jawab, dsbgnya? Tidak. Dia hanya menunjukkan akhlaknya yang baik, membantu dua wanita memberikan minum bagi ternak2nya. Maka jalan menikah datang baginya. Dan tidak hanya berkeluarga, jalan kehidupan baru pun datang baginya.

Demikianlah cerita ini disampaikan. Kita memang tidak se-level dengan Nabi Musa, tapi kita selalu bisa mengambil hikmah terbaik.

**Btw, sebagai penutup, setelah mahar menikah itu ditunaikan, genap sekian tahun Musa bekerja untuk mertuanya, dia mengajak keluarganya pindah ke tempat lain, saat itulah dia melihat api di lereng sebuah gunung, bertemu langsung dengan Allah, diangkat menjadi Nabi, diberikan mukjijat tangan perak dan tongkat yang menjadi ular besar, mengalahkan Fir'aun. (Al Qasas 29-dstnya).

*Tere Liye




Bertanggung jawab adalah bentuk perbuatan. Bukan kata-kata.

*Tere Liye




Penjelasan adalah penjelasan, terkadang tidak perlu diburu-buru, agar kita bisa lebih baik memahaminya.

Bahwa penjelasan akan tiba di waktu yang pas, tempat yang cocok, dan dari orang yang tepat.

--Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk"





Setiap cinta memiliki waktunya. Jika sekarang belum saatnya, belum pantas, belum siap, maka bukan berarti itu tidak cinta.

Bersabar lebih baik.

*Tere Liye




jadi teman,  kalau mau baca yg lebih banyak dari diatas, boleh dibuka akun facebooknya,  "darwis tere Liye"
 insya Allah inspiratif banget.. :)    

   

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar