Assalamu'alaikum.
ayuk dibaca teman teman, kalimat yang sederhana tapi membangkitkan semangat, menggelitik, dan bisa jadi filosofi yang menarik untuk dirimu. masih dari buah pikiran bang penulis yg hebat (menurut gw, dan tmn2 pembaca lainya ^^,).... "bang Tere Liye".
selamat membaca!
\("_")/
Orang2 yang TIDAK punya pilihan, tapi dia tetap berpegang teguh, tidak berhenti atau memutuskan pergi, maka sudah setia-lah dia.
Apalagi, ketika seseorang PUNYA banyak pilihan, opsi, alternatif, tapi
dia tetap berpegang teguh, tetap di sana, maka sungguh setia.
*Tere Liye
Dalam setiap pertengkaran, tidak ada yang diuntungkan.
Dalam setiap perdebatan, juga tidak ada yang menang.
Lantas, buat apa? Tinggalkanlah bergegas.
*Tere Liye
Bahagia t-i-b-a ketika kita b-e-r-h-e-n-t-i mengeluh.
Dan dia bergegas p-e-r-g-i ketika kita m-u-l-a-i mengeluh.
*Tere Liye
Wahai kehidupan, aku tahu kau tidak akan MUDAH dilewati.
Tapi kau juga harus tahu, aku jelas tidak akan MUDAH menyerah.
*Tere Liye
Tenang saja, ketika
sesuatu yang kita anggap baik berakhir, ketika kita kehilangan seseorang
yang kita nilai spesial, ketika sebuah kesempatan emas hilang maka,
tenang saja, akan datang sesuatu pengganti yang lebih baik, seseorang
yang lebih istimewa, pun kesempatan emas lainnya.
Pastikan saja syaratnya dipenuhi: bersabar.
Bagi orang2 bersabar, selalu datang hal-hal baik sebagai pengganti hal-hal sebelumnya.
*tere liye
Bahkan hal paling menyakitkan sekalipun, ketika dijalani dgn sabar, tetap membawa bahagia.
Peluk erat rasa sabar itu. Jadikan teman di kala apapun.
*tere liye
Jangan pernah malu kalau
kita terlihat norak, terlihat bodoh, karena belum pernah naik pesawat,
bingung masuk lift, gugup masuk gedung mewah, nervous saat makan malam
dengan banyak sendok dan garpu, dan berbagai hal sejenis lainnya. Tidak
ada yang perlu malu, kita tinggal belajar, bertanya.
Norak itu
adalah ketika kita merendahkan orang lain padahal kita tahu persis
bagaimana seharusnya bersikap. Norak itu adalah ketika kita
mentertawakan orang lain, merasa lebih baik. Dan norak itu adalah ketika
melanggar peraturan padahal kita lebih dari tahu itu harus dipatuhi.
*Tere Liye
Bahkan bekas luka fisik
pun kita tidak tahu. Seseorang yang berdiri di hadapan kita, boleh jadi
di punggung, dada, lengan, paha, penuh dengan bekas luka fisik, tapi
tertutup oleh pakaian, dan kita tidak pernah tahu.
Apalagi
bekas luka hati. Kita lebih tidak tahu lagi. Seseorang di hadapan kita,
selalu tersenyum, terlihat bahagia, boleh jadi penuh bekas luka di hati.
Bekas-bekas luka yang memberikan pemahaman baik, dan kini membuatnya
bahagia.
Ketika kita tidak bisa melihatnya, maka bukan berarti bekas luka itu tidak ada.
*Tere Liye
*Kisah pernikahan yang dituliskan
Ada seorang pemuda, dia ini pelarian, dalam artian sebenarnya. Di
sebuah kota, ada sebuah perkelahian antara dua orang, antara klan yang
dianiaya (dijadikan budak, dll) di jaman itu dengan klan penguasa,
pemuda ini sebenarnya berniat baik, memisahkan kedua orang tersebut.
Saat memisahkan tersebut, dia tidak sengaja meninju pihak klan penguasa,
dan meninggallah orang dari klan
penguasa. Pemuda ini terpaksa melarikan diri dari kota karena penguasa
sedang merundingkan menghukum mati dia. Keluarlah pemuda itu dari kota
tsb dengan rasa takut dan waspada.
Sebagai pelarian, dia tiba
di sebuah kota berbeda dengan kondisi prihatin. Sudah 'buronan', dia
juga kusam, lusuh, lapar, miskin, lengkap jadi satu. Ketika tiba di
sumber mata air negeri itu, dia melihat banyak orang berkumpul
memberikan ternak mereka minuman, mengantri. Dan di belakang rombongan
orang dan ternak ramai itu ada dua wanita yang menunggu tidak jauh.
Pemuda ini bertanya kepada dua wanita ini, kenapa tidak segera
memberikan air minum ke ternaknya. Dua wanita ini menjelaskan, mereka
harus menunggu sumber mata air sepi baru bisa memberikan air minumnya,
ayah mereka sudah tua, tidak bisa menggembalakan ternak, karena mereka
wanita jadi tdk bisa bebas berada di tengah keramaian. Pemuda ini
menawarkan membantu dengan tulus, agar mereka tidak menunggu lama.
Setelah selesai, dua wanita itu membawa pulang hewan ternak, dan pemuda
ini kembali ke tempat teduh, sambil berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan
kepadaku." Dia buronan, dan kondisinya lapar. Tapi karena pemuda ini
sangat baik ahklaknya, maka doa yang terlepas dari mulutnya sungguh
santun, makanan pun disebut dengan 'sesuatu kebaikan'.
Lantas
apa yang terjadi. Dua wanita tadi ternyata kembali ke sumber mata air,
bilang kepada pemuda ini, ayah mereka meminta dia datang ke rumah. Maka
datanglah pemuda ini menemui ayah mereka--yang ternyata pemimpin negeri
itu. Pemuda ini diberikan makanan (sesuatu yang baik), juga bisa
menceritakan apa yang telah terjadi dengannya, sebagai 'buronan',
dsbgnya.
Tapi setelah mendengar kisah pemuda ini, yang meskipun
buronan, miskin, kusam, dsbgnya, tapi baik perangainya, ringan hati
menolong, Ayah dua wanita ini justeru menawarkan kepada pemuda itu
menikahi salah-satu puterinya, ditambah sekaligus memberikan pekerjaan
mengurus ternak2nya sebagai mahar pernikahan tersebut. Pemuda ini
bersedia. Maka, jika sehari sebelumnya dia adalah buronan, pengangguran,
miskin, hari itu dia telah menjadi menantu pemimpin negeri yang baru
dia datangi.
Lihatlah, kebaikan hanya disusul dengan kebaikan.
Kisah ini ditulis dalam Al Qur'an, bukan karangan saya ,
dengan cerita yang detail. Silahkan baca Al Qasas ayat 15-28. Saya
hanya menuliskan ulang saja, dengan bahasa sepersejuta lebih kalah indah
dibanding bahasa Al Qur'an.
Pemuda itu adalah Musa, mertuanya
adalah Nabi Syu'aib (syeikh negeri tsb). Inilah salah-satu proses
pernikahan yang diceritakan dalam kitab suci.
Apakah Musa
memerlukan harta benda untuk jadi menantu seorang Nabi dan syeikh negeri
itu? Tidak. Dia miskin. Apakah Musa memerlukan pekerjaan untuk menikah?
Juga tidak. Dia justeru adalah buronan Fir'aun, orang berkuasa di
jazirah Arab. Jaman itu, Bani Israil dianggap rendah sekali oleh Fir'aun
& sekutu/tentaranya. Apakah Musa perlu menunjukkan semua bukti
bahwa dia siap menikah, dia bertanggung-jawab, dsbgnya? Tidak. Dia hanya
menunjukkan akhlaknya yang baik, membantu dua wanita memberikan minum
bagi ternak2nya. Maka jalan menikah datang baginya. Dan tidak hanya
berkeluarga, jalan kehidupan baru pun datang baginya.
Demikianlah cerita ini disampaikan. Kita memang tidak se-level dengan
Nabi Musa, tapi kita selalu bisa mengambil hikmah terbaik.
**Btw, sebagai penutup, setelah mahar menikah itu ditunaikan, genap
sekian tahun Musa bekerja untuk mertuanya, dia mengajak keluarganya
pindah ke tempat lain, saat itulah dia melihat api di lereng sebuah
gunung, bertemu langsung dengan Allah, diangkat menjadi Nabi, diberikan
mukjijat tangan perak dan tongkat yang menjadi ular besar, mengalahkan
Fir'aun. (Al Qasas 29-dstnya).
*Tere Liye
Bertanggung jawab adalah bentuk perbuatan. Bukan kata-kata.
*Tere Liye
Penjelasan adalah penjelasan, terkadang tidak perlu diburu-buru, agar kita bisa lebih baik memahaminya.
Bahwa penjelasan akan tiba di waktu yang pas, tempat yang cocok, dan dari orang yang tepat.
--Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk"
Setiap cinta memiliki waktunya. Jika sekarang belum saatnya, belum pantas, belum siap, maka bukan berarti itu tidak cinta.
Bersabar lebih baik.
*Tere Liye
jadi teman, kalau mau baca yg lebih banyak dari diatas, boleh dibuka akun facebooknya, "darwis tere Liye"
insya Allah inspiratif banget.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar